iklan

lagi cari sesuatu? Gunakan fasilitas ini ..

05 Juni 2009

Apakah kita akan ketinggalan dari Timor Leste?

Pakar dan praktisi ICT (Information and Communication Technology) Onno W. Purbo dan kawan-kawan, beberapa hari lalu memberikan pelatihan Open Source di Timur Leste, yang merupakan negara pecahan dari Indonesia. Kemal Prihatman, Asisten Deputi Urusan Pengembangan dan Pemanfaatan TI Ristek yang ikut dalam acara tersebut melihat bagaimana antusiame masyarakat Timur Leste dalam belajar Open Source. Antusiasme tersebut bukan hanya dari masyarakat saja, tapi didukung oleh sejumlah pihak yang berkepentingan, mulai dari pejabat pemerintah sampai komunitas IT. Antusiame tersebut dikatakan melebihi apa yang telah terjadi di Indonesia. Akankah kita ketinggalan dari Timor Leste dalam bidang ini pada beberapa tahun mendatang?

Kalau tidak dari sekarang kita mengakselerasi penggunaan Open Source di Indonesia, nampaknya beberapa tahun mendatang kita pun ditinggalkan oleh Timur LEste dalam bidang ini. Oleh karena itu, menurut Kemal, tahun 2011 dijadikan sebagai titik balik penggunaan Open Source di instansi pemerintah.Target ini merupakan bagian dari isi surat edaran dari Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara pada 5 April lalu yang isinya mewajibkan seluruh lembaga pemerintah untuk menggunakan software legal di seluruh jajarannya.

Dengan penggunaan perangkat lunak Opens Source, selain menghindari menggunakan perangkat lunak yang legal, juga bisa menghemat anggaran. Bayangkan saja, jika saat ini diperkirakan terdapat sekitar 800ribu komputer di seluruh instansi pemerintah dan semuanya menggunakan Windows Vista (min $121, Bhinneka.com) dan Microsoft Office (Rp 880000, sumber:Bhiineka.com), maka jumlah anggran yang harus disediakan paling tidak sekitar 1,7T rupiah.

Masalah lain adalah apakah semua instansi pemerintah sudah mempunyai sumber daya manusia yang memadai atau paling tidak mau belajar menggunakan Open Source. Karena bermigrasi bukanlah suatu pekerjaan yang menyenangkan terutama bagi yang sudah terlena menggunakan Sistem Operasi Windows. Hal ini disebabkan saat ini masih banyak perguruan tinggi yang berbasis IT bukan mengajarkan mahasiswanya menggunakan komputer, tetapi bagaimana menggunakan Windows. AKibatnya ketika mahasiswa atau alumni dihadapkan pada sistem operasi yang berbasis Open Source seperti Linux, mereka akan menganga.

Melihat kenyataan ini, diperlukan keinginan yang kuat dari semua pihak, baik dari perguruan tinggi (dengan menyesuaikan kurikulum), maupun pemerintah untuk lebih mendorong penggunaan perangkat lunak yang berbasis open source. Sudah waktunya para pengajar membimbing anak didiknya untuk bisa menggunakan komputer, bukan hanya sekadar menggunakan Windows.

Sosialisasi juga perlu dilakukan, sebab masih banyak pengguna komputer yang mengira bahwa Microsoft Windows (Xp, Vista) adalah segalanya. Mereka tidak/belum mengetahui bahwa ada Sistem Operasi lain yang lebih handal, murah dan legal dari Windows.

Pelatihan-pelatihan juga perlu diperbanyak, terutama pelatihan bagi pengajar. Pemerintah tidak bisa berharap agar pengajar mau belajar dengan kesadaran sendiri, walaupun banyak juga yang sudah belajar secara otodidak dengan menggunakan tutorial-tutorial yang banyak tersedia di internet (misalnya: ilmukomputer.com).

Mudah-mudahan semua usaha yang dilakukan bisa membuahkan hasil sehingga tidak menjadikan negara kita jauh tertinggal dari Timor Leste dalam penggunaan perangkat lunak berbasis Open Source. Sudah saatnya kita berhenti memberikan uang kita kepada Bill Gates yang sudah sangat kaya itu.

0 Comments:

 

blogger templates 3 columns | Make Money Online